Senin, 28 Januari 2013

Proposal MP3M Yuli Ely Hermanti


PROPOSAL
Implementasi Model Pembelajaran Creative Problem Solving Dengan 
Menggunakan Alat Peraga Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Matematika Pokok Bahasan Bangun Ruang Pada
Siswa Kelas VIII SMP 1 2X11 Enam Lingkung
Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur pada mata kuliah
Metodologi Penelitian, Pendidikan dan Pengajaran Matematika


0leh
Yuli Ely Hermanti
2410.002

DOSEN PEMBIMBING :
Imamuddin, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
2012 M / 1433 H


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Menghadapi era globalisasi yang diiringi dengan perkembangan IPTEK yang sangat pesat, maka seseorang dituntut untuk mampu memanfaatkan informasi dengan baik dan cepat. Untuk itu dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan memiliki kemampuan untuk  mengolah informasi sehingga bisa digunakan untuk mengembangkan IPTEK. Keadaan ini yang menuntut pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, agar mampu menghasilkan generasi-generasi penerus yang berkualitas dan mampu menghadapi tantangan yang sesuai dengan  perkembangan zaman.
Peningkatan mutu pendidikan merupakan prioritas utama dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga diperoleh manusia yang tidak hanya memiliki pengetahuan dan  keterampilan akan tetapi mempunyai kemampuan untuk berpikir rasional, kritis dan kreatif. Sikap kritis dan cara ingin maju merupakan sifat ilmiah yang dimiliki oleh manusia. Sifat ini menjadi motivator bagi seseorang untuk terus menambah pengetahuan. Matematika merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan daya nalar siswa dan pola pikir serta dapat meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan matematika untuk menghadapi tantangan hidup dalam memecahkan masalah. Jadi untuk dapat membentuk manusia yang berkualitas maka diperlukan penguasaan matematika yang baik.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan formal memegang peranan penting, karena matematika merupakan sarana berpikir ilmiah yang sangat mendukung untuk mengkaji IPTEK. Dampak pentingnya pelajaran matematika diajarkan pada peserta didik, tercermin pada ditempatkannya matematika sebagai salah satu ilmu dasar untuk semua jenis dan jenjang pendidikan.
Mengingat pentingnya peranan matematika maka prestasi belajar matematika setiap sekolah perlu mendapatkan perhatian yang serius. Para siswa dituntut untuk menguasai pelajaran matematika, karena disamping sebagai ilmu dasar juga sebagai sarana berpikir ilmiah yang sangat berpengaruh untuk menunjang keberhasilan belajar siswa dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi.
Pentingnya peranan matematika dalam penguasaan IPTEK menuntut adanya pengembangan pemahaman matematika pada setiap individu yang dapat diawali dari pembelajaran di sekolah. Namun dalam kenyataannya di lapangan terdapat banyak  siswa yang tidak menyukai  matematika. Dalam benak mereka, matematika itu merupakan pelajaran yang sukar dan sulit untuk dimengerti. Anggapan ini muncul karena karakteristik matematika yang bersifat abstrak. Ilmu matematika banyak melibatkan pengertian konsep-konsep dan teori-teori sehingga untuk memahaminya diperlukan kemampuan berpikir yang lebih. Sebagai akibatnya, motivasi belajar siswa menjadi sulit untuk ditumbuhkan. Hal ini menjadi masalah untuk para pendidik, karena disatu pihak  matematika itu sangat dibutuhkan untuk meningkatkan nalar anak dan dapat melatih anak agar mampu berpikir logis, kritis, sistematis, dan kreatif. Sedangkan dilain pihak banyak anak yang tidak menyenangi matematika.
Kualitas pendidikan matematika di Indonesia saat ini, masih belum seperti yang diharapkan, baik dalam penguasaan materi maupun sikap siswa terhadap matematika itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang tidak lulus UAN karena nilai matematika yang tidak mencapai standar yang telah ditetapkan. Kualitas dan mutu pendidikan matematika sangat berkaitan erat dengan peran aktif guru dalam proses belajar mengajar di Sekolah. Baik dalam memilih model pembelajaran yang tepat maupun dalam memilih media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan demi tercapainya tujuan pendidikan.
Media pembelajaran adalah salah satu sarana penting yang dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran. Disamping itu penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan minat belajar. Media pembelajaran juga dapat meningkatkan interaksi langsung antara siswa dan lingkungannya.
Proses belajar mengajar pada umumnya jarang menggunakan media pembelajaran. Proses belajar mengajar yang demikian akan membuat siswa menjadi jenuh. Penyampaian materi secara konvensional, misalnya ceramah, akan membuat siswa jenuh sebagai akibatnya motivasi belajar dan prestasi belajar akan semakin menurun. Dalam hal ini peran media pembelajaran sangat penting, seperti yang dikemukakan oleh Arif S. Sadiman, bahwa media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan dapat membantu mengatasi hal tersebut[1].  
Salah satu media pembelajaran adalah alat peraga. Alat peraga dalam proses belajar mengajar digunakan dengan tujuan untuk membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien[2]. Setiap proses belajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, metode dan alat evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai pada tujuan. Proses berpikir siswa pada masa SMP memungkinkan dapat mengatasi masalah-masalah yang beraneka ragam secara lebih efektif tapi masih belum dapat berfungsi secara efisien dalam bidang abstrak[3]. Dalam hal ini peran alat peraga sangat penting, karena dengan adanya alat peraga ini materi (bahan ajar) dapat dengan mudah dipahami siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi matematika di SMP 1 2X11 Enam Lingkung, ditemukan permasalahan pada pembelajaran matematika, diantaranya :
1.      Proses pelaksanaan pembelajaran matematika khususnya pokok bahasan bangun ruang sisi datar selama ini masih menggunakan metode ceramah, sehingga siswa kurang mampu mengungkapkan ide atau gagasan mereka baik dalam bentuk soal maupun cara penyelesaiannya dan berpartisipasi aktif saat proses pembelajaran.
2.      Kurangnya pemanfaatan alat peraga yang sudah ada,berdampak pada masih rendahnya siswa dalam berpikir kritis, kreatif juga menjadi permasalahan tersendiri yang harus diselesaikan.
3.      Prestasi belajar siswa rendah terutama pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran masih menggunakan metode konvensional dan kurang memanfaatkan alat peraga.
Berbagai permasalahan di atas memerlukan solusi dan penanganan yang tepat agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Salah satu langkah yang akan di ambil adalah menggunakan model pembelajaran creative problem solving dengan alat peraga sebagai media pembelajaran.  Alasan menggunakan model ini karena pembelajaran bebasis creative problem solving merupakan model pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran dan ketrampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan ketrampilan[4]. Pada model pembelajaran ini, siswa tidak hanya memecahkan permasalahan dalam matematika tapi juga dituntut untuk terampil menggunakan alat peraga sebagai media pembelajaran dalam memecahkan masalah tersebut. Dengan menggunakan model pembelajaran ini diharapkan siswa dapat memperoleh manfaat maksimal baik dari proses maupun hasil belajarnya.
Berdasarkan beberapa alasan di atas, melalui model pembelajaran creative problem solving dengan menggunakan alat peraga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pokok bahasan bangun ruang pada siswa kelas VIII SMP 1 2X11 Enam Lingkung.
B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1.      Rendahnya nilai hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP 1 2X11 Enam Lingkung tahun pelajaran 2012/2013.
2.      Penggunaan model pembelajaran konvensional di SMP 1 2X11 Enam Lingkung membuat siswa pasif dalam proses pembelajaran.
3.      Masih banyak siswa yang tidak dapat mengerjakan persoalan secara tepat dalam pembelajaran matematika.
C.    Batasan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah maka perlu diberikan batasan masalah agar penelitian ini menjadi terarah. Penelitian yang akan dilakukan ini difokuskan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika di kelas VIII SMP 1 2X11 Enam Lingkung melalui penggunaan model pembelajaran creative problem solving dengan alat peraga pokok bahasan bangun ruang.
D.    Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1.      Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika model creative problem solving dengan menggunakan alat peraga pada siswa kelas VIII SMP 1 2X11 Enam Lingkung?
2.      Apakah pembelajaran creative problem solving dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan bangun ruang siswa kelas VIII SMP 1 2X11 Enam Lingkung?
E.     Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran creative problem solving dengan menggunakan alat peraga.
2.      Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran creative problem solving.
F.     Manfaat  penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna bagi:
1.         Pihak sekolah
a.       Sebagai informasi bahwa penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran matematika kemungkinan akan lebih efektif dari pada tanpa menggunakan alat peraga.
b.      Sebagai motivasi dalam penyediaan alat peraga untuk meningkatkan mutu dan kualitas sekolah tersebut.
2.      Guru bidang studi
Meningkatkan kreativitas guru dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran yang tepat sehingga proses pembelajaran matematika menjadi lebih menarik dan menyenangkan.
3.    Penulis
a.       Salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Strata-1
b.      Sebagai pengalaman, bekal, dan pengetahuan dalam mengajar matematika di masa akan datang
c.       Memberikan sumbangan pemikiran tentang model pembelajaran matematika yang lebih efektif, kreatif dan menyenangkan.


   

BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Landasan Teori
1.      Pembelajaran Matematika
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi lingkungannya.[5] Belajar dapat membentuk, memodifikasi, serta dapat mengembangkan keterampilan, kebiasaan, serta sikap seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman yang menyatakan bahwa tujuan belajar itu ada tiga, yaitu untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, serta pembentukan sikap.[6]
 Pembelajaran adalah proses interaksi antara manusia dengan manusia ataupun antara manusia dengan lingkungan. Pembelajaran juga merupakan salah satu upaya meningkatkan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar. Suatu pembelajaran merupakan gabungan dari berbagai unsur-unsur yang akan mempengaruhi pencapaian tujuan dari pembelajaran sendiri. Unsur-unsur tersebut meliputi orang-orang yang terlibat dalam pembelajaran, fasilitas dan prosedur dari  pembelajaran.
            Dalam pembelajaran matematika, salah satu upaya yang dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang berbasis masalah (problem solving) karena dengan menggunakan model pembelajaran ini dapat memberikan siswa kesempatan seluas-luasnya untuk memecahkan masalah matematika dengan strateginya sendiri dan juga dapat melatih kemampuan analisis siswa yang diperlukan untuk menghadapi masalah yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan penggunaan media dalam pembelajaran matematika sangat menunjang karena dengan menggunakan media pembelajaran siswa lebih mudah memahami konsep matematika yang abstrak.
                        Di dalam mempelajari matematika, siswa memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda sehingga diperlukan usaha guru untuk menyediakan dan menggunakan berbagai alat peraga atau media pembelajaran yang menarik perhatian siswa, memberi kesempatan belajar matematika di berbagai tempat dan keadaan, memberikan kesempatan menggunakan matematika untuk berbagai keperluan, mengembangkan sikap menggunakan matematika sebagai alat untuk memecahkan matematika baik di sekolah maupun di rumah, menghargai sumbangan tradisi budaya dan seni di dalam pengembanngan matematika, dan membantu siswa menilai sendiri kegiatan matematikanya.
2.      Creative problem solving dalam pembelajaran matematika
Model creative problem solving (CPS) adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan ketrampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguasaan ketrampilan. Ketika dihadapkan pada suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan ketrampilan pemecahan masalah (problem solving) untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Suatu soal yang dianggap sebagai suatu “masalah”  adalah soal yang memerlukan keaslian berpikir  tanpa adanya contoh penyelesaian sebelumnya. Masalah berbeda dengan soal latihan, pada soal latihan siswa telah mengetahui cara menyelesaikannya, karena telah jelas hubungan antara yng diketahui dengan yang ditanyakan dan biasanya telah ada contoh soal. Pada masalah ini, siswa tidak tahu cara meyelesaikannya, tapi siswa  tertarik dan tertantang untuk menyelesaikannya. Siswa menggunakan segenap pemikiran, memilih strategi pemecahannya, dan memproses hingga menemukan penyelesaian dari suatu masalah.
      Adapun proses dari model creative problem solving (CPS) terdiri dari langkah-langkah :
a.       Klarifikasi masalah
Klarifikasi masalah meliputi  pemberian penjelasan kepada siswa tentang masalah yang diajukan, agar siswa dapat memahami tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan.
b.      Pengungkapan pendapat
Pada tahap ini siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah.
c.       Evaluasi dan pemilihan
Pada tahap evaluasi dan pemilihan, setiap kelompok mendiskusikan pendapat atau strategi mana yang cocokuntuk menyelesaikan masalah.
d.      Implementasi
Pada tahap ini siswa menetukan strategi mana yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah, kemudian menerapkannya sampai menemukan penyelesaian dari masalah tersebut.

                        Dengan membiasakan siswa menggunakan langkah-langkah yang kreatif dalam memecahkan masalah, diharapkan dapat membantu siswa untuk mengatasi kesulitan dalam mempelajari matematika.
Dari uraian tersebut tergambar bagaimana alur berpikir model pembelajaran creative problem solving, sehingga dapat dijelaskan bahwa model pembelajaran creative problem solving berawal dari pemikiran :
a.       Pembelajaran berdasarkan masalah
     Pembelajaran berbasis masalah (Problem based learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tongkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar.
     Peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan masalah tidak dapat dilaksanakan tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Pembelajaran berbasis masalah dikembangkan terutama untuk membantu siswa mengembangkan kemapuan berpikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual; belajar tentang berbagai peran orang dewasa melalui perlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pembelajar yang mandiri.
b.      Aktivitas
     Pembelajaran aktif merupakan keadaan dimana siswa mengkontruksi sendiri pengetahuan yang dipelajari, tidak hanya duduk diam mendengarkan penjelasan guru. Siswa lebih berpartisipasi aktif sedemikian sehingga siswa kegiatan siswa dalam belajar jauh lebih dominan dari pada kegiatan guru dalam mengajar.
     Belajar memerlukan aktivitas, tanpa aktivitas belajar tidak mungkin dapat berlangsung dengan baik. Siswa apabila diberi tugas dan ada kesempatan untuk mengerjakan sesuatu sendiri, maka mereka akan senang hati dan penuh kesungguhan akan melaksanakan tugas pada kesempatan itu. Oleh karena itu, dalam pembelajaran siswa hendaknya diberi kesempatan untuk mengerjakan sendiri, mencoba sendiri dan memikirkan sendir, dengan demikian akan timbul dengan sendirinya perhatian yang besar,  timbul kesenangan dan kepuasan, akibatnya pembelajaran akan menjadi miiliknya dan fungsional. Bentuk-bentuk keaktifan tersebut, diwujudkan dalam bentuk kegiatan, seperti : mendengarkan, menulis, membaca, berdikusi, bertanya, memperhatikan, menyelesaikan atau mengerjakan tugas dan lain sebagainya.
c.       Kreativitas
     Kreativitas adalah kegiatan kemampuan atau pola berpikir seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang berguna, dapat dimengerti, dan baru (setidaknya bagi individu yang bersangkutan), serta menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya pada kuantitas dan ketepatgunaan yang dibuat berdasarkan kombinasi dan informasi, atau unsur-unsur yang sudah ada. Kreatifitas atau berpikir kreatif secara operasional dirumuskan sebagai suatu proses yang tercermin dari kelancaran, fleksibilitas ddan orisinalitas dalam berpikir[7].
            Model pembelajaran creative problem solving dengan alat peraga merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memiliki tiga unsur pokok :
a.       Mendorong siswa berpikir kritis dan terampil menyelesaikan masalah
b.      Mendorong siswa untuk lebih aktif dengan model pembelajaran ini
c.       Mendorong siswa untuk kreatif menggunakan alat peraga sebagai media pembelajaran

3.      Prestasi belajar
                        Prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai seseorang. Prestasi belajar adalah bukti usaha siswa yang dicapai dalam melaksanakan proses pembelajaran. Jadi prestasi belajar siswa adalah bukti keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran yang diwujudkan dengan angka yang disebut nilai.
                        Gagne menyatakan bahwa prestasi belajar dapat berupa ketrampilan intelektual yang memungkinkan kita berinteraksi dengan lingkungan[8]. Hasil belajar yang lain meliputui informasi verbal, sikap-sikap dan ketrampilan motorik. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswin Zain, suatu pembelajaran dianggap berhasil bila:
a.       Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
b.      Prilaku yang digariskan dalm tujuan pengajaran telah dicapai siswa , baik secara induvidual maupun kelompok.

                        Prestasi belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh berbagai hal atau keadaan. Muhibbin syah menjelaskan bahwasnya keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh tiga faktor :
a.       Faktor internal, yakni keadaan jasmani(fisiologis), rohani (psikologis siswa). Diantaranya faktor psikologis siswa yang paling isensial meliputi : tingkat kecerdasan, sikap siswa, bakat, minat dan motivasi siswa.
b.      Faktor eksternal, yakni kondisi lingkungan siswa. Kondisi lingkungan siswa terdiri atas : faktor lingkungan sosial, seperti guru, teman, orang tua dan lingkungan non  sosial meliputi sarana prasarana belajar, tempat tinggal siswa.
c.       Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran.

4.      Alat peraga
            Alat peraga dalam proses belajar mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar yang efektif. Dalam interaksi belajar ada beberapa komponen yang harus dipenuhi yaitu :
a.       Tujuan interaksi belajar mengajar yang diterapkan
b.      Bahan yang disampaikan pada anak didik
c.       Pendidik dan terdidik
d.      Alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan bahan
e.       Metode yang digunakan untuk menyampaikan bahan
f.       Situasi lingkungan untuk menyampaikan bahan agar tercapai[9].
       Menurut mokijat, alat peraga adalah :
       “Semua benda yang digunakan dalam proses belajar mengajar atau pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan dalam rangka mempermudah dan memperjelas dalam penyampaian materi pelajaran atau pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan”.

Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian, di bawah ini alat peraga yang digunakan dalam penelitian :
a.       Kubus
Kubus yang digunakan terbuat dari kayu atau
b.      Balok
Balok yang digunakan terbuat dari kayu
c.       Limas
Limas yang digunakan terbuat dari plastik
d.      Prisma
Prisma yang digunakan terbuat dari plastik
5.      Bangun Ruang
      Dalam penelitian ini, pokok bahasan yang digunakan adalah Bangun Ruang Sisi Datar (BRSD) yang merupakan salah satu poko bahasan yang dipelajari siswa kelas VIII SMP sederajat. Bangun ruang sisi datar dalam hal ini terdapat empat macam yaitu :
a.       Kubus
b.      Balok
c.       Limas
d.      Prisma
Dalam pokok bahasan bangun ruang sisi datar akan dijelaskan mengenai luas, volume serta unsur-unsur dari keempat bangun ruang di atas.
a.       Kubus
Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam daerah persegi yang kongruen.
Jika panjang kubus adalah s, maka :
1.      Luas kubus =
2.      Volume kubus = 
b.      Balok
Balok adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam persegi panjang. Jika panjang balok = p, lebar balok = l, dan tinggi balok = t, maka :
1.      Luas balok =
2.      Volume balok  =
c.       Limas
Limas adalah bangun ruang yang di batasi oleh sebuah segi n (sebagai bidang alas) dan bidang-bidang yang berbentuk segitiga dan puncaknya berimpit. Jika tinggi limas = t, maka:
1.      Luas limas =
2.      Volume limas = =
d.      Prisma
Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh duah buah bidang yang sejajar (yaitu bidang alas dan bidang atas).
1.      Luas prisma=
2.      Volume prisma =
B.     Kerangka berpikir
            Berdasarkan tujuan penelitian serta kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka dikemukakan kerangka pemikiran berikut:
Model pembelajaran creative problem solving merupakan suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan ketrampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan ketrampilan. Ketika dihadapkan pada suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan ketrampilan dalam memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembelajaran adalah sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai. Namun karena keterbatasan yang dimiliki sekolah, maka guru kadang menggunakan media tanpa melakukan suatu inovasi yang membutuhkan kreatifitas. Pemilihan dan penggunaan media yang tepat akan dapat mengoptimalkan kreatifitas, aktifitas dan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Kreatifitas, aktifitas dan pemahaman siswa yang optimal, diharapkan akan meningkatkan pula pencapaian hasil belajar. Alat peraga merupakan salah satu media pembelajaran media yang tepat bila digunakan pada bab bangun ruang sisi datar. Oleh karena itu model pembelajaran creative problem solving dengan menggunakan alat peraga diharapkan akan meningkatkan prestasi belajar matematika siswa dan diperkirakan akan sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika di SMP 1 2X11 Enam Lingkung kelas VIII semester IV pada pokok bahasan bangun ruang.
C.    Hipotesis tindakan
            Berdasarkan pada kerangka berpikir maka dapat diambil hipotesis tindakan : apabila guru menggunakan model pembelajaran creative problem solving dalam kegiatan pembelajaran matematika maka :
1.      Pelaksanaan pembelajaran matematika menjadi lebih baik.
Adapun pembelajaran akan dikatakan baik jika langkah-langkah dalam model creative problem solving dapat diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga menimbulkan siswa berpikir kreatif. Langkah-langkah pembelajaran dengan model ceative problem solving sebagai berikut:
a.       Mengorientasikan siswa pada masalah
b.      Mengorganisir siswa untuk belajar
c.       Membantu siswa memecahkan masalah
d.      Mengembangkan dan menyajikan hasil pemecahan masalah
e.       Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
2.      Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan atau soal matematika.



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Pendekatan dan Jenis Penelitian
          Penelitian mengenai “implementasi Model pembelajaran creative problem solving dengan menggunakan alat peraga untuk meningkatkan prestasi belajar matematika pokok bahasan bangun ruang pada siswa kelas VIII SMP 1 2X11 Enam Lingkung” merupakan jenis peneltian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas (PTK) yang didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan.
          Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian kualitatif dengan latar yang wajar dan alami yang diteliti, memberikan peranan penting kepada penelitinya yakni sebagai satu-satunya instrumen karena manusialah yang dapat menghadapi situasi yang berubah-ubah dan tidak menentu, seperti halnya banyak terjadi di kelas[10]. Penelitian tindakan kelas mempunyai dampak langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola proses belajar mengajar di kelas atau implementasi berbagai program di sekolah dengan mengkaji berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa atau keberhasilan proses dan hasil implementasi berbagai program sekolah.
          Pendekatan yang digunakan dalampenelitian ini adalah pendekatan penelitian kilitatif, yang mana pengambilan data diambil secaraa alami berupa kata-kata atu gambar. Sedangkan penyusunan desain dilakukan terus menerus sampai didapatkan kesimpulan hasil yang setara sesuai dengan kenyataan.

B.     Populasi dan sampel Penelitian
          Populasinya adalah siswa SMP 1 2X11 Enam Lingkung kelas VIII. Dan sampelnya yaitu kelas VIII3 dengan jumlah siswa 36 orang. Penulis mengambil kelas ini karena kelas ini merupakan kelas pertengahan dimana pada sekolah tersebut, kelas VIII terdiri dari lima kelas yang penempatan siswanya diurut berdasarkan nilai siswa. Jadi lokal VIII1 merupakan lokal dengan siswa yang memiliki nilai tertinggi.
C.    Desain penelitian
          Penelitian tindakan kelas dilaksanakan berupa proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap, yaitu : planning, acting, observing, dan reflecting. Model (desain) yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model spiral dari kemmis dan Taggart yang mana terdapat tiga komponen, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting) dengan observasi (observing), dan refleksi. Menurut Kemmis dan Taggart, komponen tindakan (acting) dan observasi (observing) dijadikan satu karena pada dasarnya kedua komponen tersebut merupakan dua komponen yang tidak dapat dipisahkan karena kedua kegiatan haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu.
          Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam beberapa siklus. Penelitian dapay dihentikan apabila diperoleh suatu data jenuh yakni data yang statis, pembelajaran tidak mengalami perubahan yang signifikan, atau apabila terjadi hal-hal yang menyebabkan penelitian harus dihetikan, misalnya kebijakan dari sekolah.
          Tujuan penelitian ini dapat dikatakan tercapai apabila dalam proses pembelajaran creative problem solving dapat meningkatkan prestasi belajar siswa SMP 1 2X11 Enam Lingkung kelas VIII3 yang terwujud jika nilai siswa berada di atas KKM yang ditetapkan sekolah tersebut.
D.    Instrumen penelitian
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah :
1.      Lembar kerja siswa (LKS)
Merupakan lembaran soal yang dibuat setelah didiskusikan dengan guru sebagai semua refleksi terhadap kepahaman siswa dan ketrampilan siswa.
2.      Lembar Observasi
Lembar observasi ini bertujuan untuk melihat ketercapaian rencana tindakan. Adapun lembar observasi ini akan ditujukan kepada guru untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model creative problem solving dibantu alat peraga yang tertuang juga dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.
3.      Angket
      Angket atau kuisioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung. Angket terdiri dari dua macam, yaitu angket berstruktur  (tertutup), yaitu angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan disertain pilihan jawaban untuk pernyataan tersebut. Sedangkan angket tak berstruktur (terbuka) tidak memuat jawaban yang diberikan. Angket yang baik tergantung butir-butir pernyataan yang diajukan.
      Angket ini digunakan untuk mengetahui peningkatan proses pelaksanaan pembelajaran yang berupa pernyataan siswa terhadap aktifitas belajar matematika dengan model creative problem solving yang berbentuk alat peraga.
4.      Catatan lapangan
Merupakan catatan secara rinci mengenai keadaan yang terjadi selama berlangsungnya penelitian. Tujuannya adalah mengumpulkan data dan nantinya sebagai refleksi terhadap keabsahan data dalam penelitian kualitatif atau data-data yang diperoleh dari data lain.
5.      Wawancara tak terstruktur
Wawancara akan dilakukan di luar jam pelajaran terhadap siswa dan guru tentang hal yang berkaitan dengan model cretive problem solving.
6.      Soal evaluasi
Berupa soal ulangan sebagai alat untuk mengukur kompetensi siswa terhadap pelajaran matematika. Evaluasi diberika untuk memperoleh data hasil belajar siswa.
7.      Dokumentasi
Dokumentasi berupa foto yang digunskan untuk menggambarkan kondisi pembelajaran nantinya secara visual.
E.     Prosedur penelitian
Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi atas tiga bagian yaitu : tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyelesaian.
1.        Tahap Persiapan
a.       Menetapkan tempat penelitian, yaitu SMPN 1 2X11 Enam Lingkung
b.      Mengurus surat izin penelitian
c.       Menentukan kelas sampel
d.      Menyusun instrumen yang akan digunakan untuk penelitian
e.       Memvalidasi instrumen penelitian
f.       Menguji cobakan instrumen
2.    Tahap Pelaksanaan
3.    Tahap akhir
F.     Validasi data
                        Validasi data merupakan salah stu langkah untuk mendapatkan derajat kepercayaan dalam sebuah penelitian. Data-data yang telah didapatkan divalidasi dengan melakukan perpanjangan waktu di lapangan, member  check, triangulasi dan expert opinion[11]. Melakukan perpanjangan waktu di lapangan artinya penelitian dilakukan beberapa kali sampai didapatkan data yang stabil. Member check yaitu memeriksa kembali keterangan atau informasi yang diperoleh selama observasi atau wawancara dengan nara sumber, apakah keterangan, informasi dan penjelasan itu tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga dapatdipstikan keajegannya dan data itu terperiksa kebenarannya. Triangulasi dilakukan dengan membandingkan data, menyilangkan data dari 3 sudut yakni : guru, siswa dan penulis, baik berupa data hasil observasi, daya hasil pengisian angket, dan diperkuat dengan data dari catatan lapangan, wawancara tak terstruktur, maupun dokumentasi.expert opinion yaitu meminta nasehat kepada pakar, dalam hal ini adalah pembimbing nantinya.

G.    Teknik  analisis data
          Analisis data yang digunakan adalah analisis data secara deskriptif kualitatif. Data yang akan di peroleh dalam penelitian ini berupa data hasil observasi tentang proses pembelajaran, hasil pengisian angket dan catatan lapangan. Data-data yang telah diperoleh akan dianalisis dalam beberapa tahap yaitu :[12]
1.      Pengumpulan data
Tahap ini akan dilakukan mulai dari awal penelitian, dengan mengumpulkan semua informasi dan keterangan yang akan didapatkan di lapangan.
2.      Reduksi data
Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah merangkum data, memilah data kemudian memilih data yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, serta menghapus data yang tidak berpola.
3.      Display data
Data nanti akan disajikan dalam bentuk tabel agar mudah dibaca dan dipahami. Untuk data dalam bentuk angket dihitung persentase dengan rumus
Indikator keberhasilan penelitian merupakan sesuatu yang digunakan sebagai ukuran berhasil atau tidaknya suatu penelitian.hasil persentase tersebut kemudian dikualifikasikan berdasarkan interval persentase keberhasilan :
Tabel persentase keberhasilan
No
Jumlah persen (%)
Skor
1
Kurang
2
Sedang
3
Baik
Adapun data bentuk tes atau soal evaluasi dianalisis/dihitung persentase yang akan  digunakan untuk mengetahui prestasi belajar dengan menggunakan rumus :
4.      Kesimpulan
Setelah dianalisis, data yang diperoleh diambil kesimpulannya apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum, apabila belum maka penelitian akan dilanjutkan. Namun apabila tujuan pembelajaran sudah tercapai maka penelitian dapat dihentikan.

H.    Indikator keberhasilan
Komponen-komponen yang menjadi indikator keberhasilan dalam hal ini adalah
a.       Pelaksanaan pembelajaran cretive problem solving dengan menggunakan alat peraga dikatakan berhasil jika langkah-langkah dalam proses belajar mengajar dengan model ini dapat diterapkan oleh guru dan siswa untuk menyelesaikan masalah.
b.      Siswa dianggap meningkat prestasi belajarnya setelah pembelajaran apabila prestasi telah mencapai rata-rata ketuntasan belajar 65% dan pada siklus berikutnya terus meningkat.


[1] Arif S. Sadiman ,Media Pendidikan,(jakarta:Raja Grafindo Persada,1996)
[2] Nana Sudjana,Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar,(Bandung: Sinar Baru Algesindo,1987).hal 99
[3] Subagya, handout Dasar-Dasar Perkembangan Peserta Didik, (yogyakarta:Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kali Jaga,2006) .hal 13
[4] Muslich, KTSP:Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,(jakarta:Bumi Aksara,2007).hal221
[5]Slameto,  Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010) hal. 2
[6]Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rajawali Pers, 2011) hal. 26
[7] S.C. Utami Munandar,Kreatifitas dan Keberbakatan,(jakarta:Gramedia Pustaka Utama,2002).hal.95
[8] Ratna Wilis D.Teori-teori belajar,(jakarta:P2LPTK,1989).hal177-178
[9] Soetomo, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar,(Surabaya: Usaha Nasional)hal.4
[10] Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas,(Bandung: Remaja Rosdakarya,2006).hal 96
[11] Rochiati Wiriatmadja, Metode Penelitian
[12] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (Bandung: Alfabeta,2007)hal.337

Tidak ada komentar:

Posting Komentar